Kepri, February 2018.
Badan pelestarian nilai budaya kepri di bulan Februari telah turun ke lapangan dalam rangka penelitian kebudayaan dan nilai sejarah di 4 propinsi, seperti Riau Kepri Bangka Belitung dan Jambi.
Di BPNB ada 11 peneliti,salah satunya di Daik Lingga desa Kelumu dengan membedah soal Bele Kampong.
Dalam lintasan sejarah kenapa di adakan bele kampong ?
Menurut infomen yang berhasil di rangkum, dimana desa Kelumu tersebut sering terjadi perkelahian dan pertengkaran sesame warga ketika itu.
Karena sering begituan, maka datanglah para ulama ke desa Kelumu tersebut dan menyarankan agar untuk terhindar dari semua itu maka di buat suatu acara ritual yaitu Bele Kampung ujar Zulkifli Harto yang 9 hari melaksanakan penelitian di desa Kelumu tersebut kepada media ini ia sampaikan 28/2.
Maka di buatlah zikir Saman seperti ritual mengusir setan yang di mulai dari laut hingga ke darat,dan selama bele kampong itu selama 3 hari berturut turut warga setempat tidak boleh membunuh yang bernyawa seperti nebang pohon serta menggali tanah dan tidak boleh orang datang ke Kelumu, seandainya ada orang datang maka pendatang tersebut harus membayar denda.
Selain itu, selama Bele Kampung tiap sudut kampong dipasang bendera atau Umbul umbul pertanda telah di laksanakan budaya bele kampong.
Itulah sekelumit nilai sejarah dan budaya Bele Kampung di Desa Kelumu kabupaten Lingga, dan kegiatan peneliatian ini berjalan 6 bulan dalam rangka menyusun materi judul penelitian persentasi turun ke lapangan mengolah data perumusan dan membuat hasil laporan peneliti, ungkap Zulkifli ketika menutup perbualan dengan media ini.