Kepri, info maret 2018.
Gelagat dan gaya kepemimpinan seseorang itu yang di perankan oleh kepala Balai Pelestarian Nilai Budaya kepri Toto Sucipto,yang mana dengan sikapnya hamper saja adu jotos dengan stafnya sendiri tahun yang lalu.
Gaya yang di bawanya adalah sifat kejawaan yang melekat maklum memang Toto berasal dari Bandung.
Memang BPNB kepri ini tidak ada koneksi dengan pemerintah daerah,BPNB hanya mempertanggungjawabkan pekerjaan dan lainnya dengan kemendikbud.
Segala pemeriksaan pekerjaan itu semuanya bermuara
dari pusat tidak ada tangan tangan kajati untuk mengambil alih ketika ada sangkutan hukum pada pekerjaan yang telah di lakukan.
Apa lagi kegiatan berlangganan media massa yang ada di Tanjungpinang khususnya, bendahara rutin kadangkala pura pura tidak paham karena ada tekanan dari kepala BPNB tidak mau memberikan putusan yang terbaik.
Menurut Bnedhara BPNB Yanto, bahwa untuk media massa aja anggaran pertahun hanya 18 juta sangat kecil sekali untuk di berikan kepada Koran harian seperti oplah yang sudah ada kerja samanya dengan kita ungkap Yanto kepada media ini pekan yang lalu.
Apa lagi untuk media online yang ada di ibu kota povinsi kepri, karena duit terbatas hanya di bayar 25 ribu saja ketika terbit berita maka itu yang di terapkan oleh kepala BPNB dan Bendahara nya.
Bearti ada siklus memutuskan mata rantai kepada media massa yang memang telah berbuat berita sesuai keinginan BPNB kepri.
Menurut info dari beberapa staf BPNB bahwa angka 25 ribu itu tidak cocok bagi media sebagusnya 50 ribu kan sekali kali bukan tiap hari buat berita kantor ini ungkap sumber yang tidak mau di publiskan.