Sanggau, Kalbar – Beritainvestigasi.com. Kasus Kematian Hendrikus Hendra (Aphin) yang dianggap sangat tidak wajar menjadi teka-teki dan pertanyaan besar sejumlah kalangan. Khususnya keluarga besar Almarhum yang berusaha keras mencari keadilan namun tak kunjung mendapat kepastian.
Kepergian Hendrikus Hendra yang mendadak itu, disinyalir seakan terkesan Ditutupi, hal itu disampaikan Santi An’nisaa pada media ini.
” Kasus ini seakan ditutupi, kematian Abang kami sangat tidak wajar dan telah dilakukan autopsi, namun hingga hari ini kami tidak diberitahukan apa hasil autopsinya. Kami merasa kecewa karena saat kami bertanya akan hal itu, seperti saling lempar dan tidak ada kejelasan,” ungkap Santi melalui telepon WhatsApp Jumat (03/12/2021).
Santi An’nisaa yang biasa disapa Aling adik dari Korban Hendrikus Hendra (43 tahun) tidak berhenti untuk mencari kepastian hukum dan kebenaran atas penyebab kematian saudara laki lakinya tertua.
Dimana kasus kematian Hendrikus Sebelumnya pada 17 oktober 2021 lalu Santi mendatangi Polres sanggau membuat Laporan Polisi dan mengajukan permohonan autopsi pada tanggal 19 oktober 2021 di Polres Sanggau terhadap jenazah saudara laki – lakinya Hendrikus Hendra yang kematiannya tidak wajar.
Pada hari Senin (25/10/2021) sekira pukul 09.00 WIB dilakukan penggalian makam korban Hendrikus Hendra dan dilakukan autopsi oleh tim Inavis Polda Kalbar bersama Sat Reskrim Polres Sanggau.
Pada jenazah dibagian bawah dagu lingkar leher ditemukan tanda bekas jeratan yang diduga karena kekerasan, dalam mulut ada luka serta ditangan jenazah Hendrikus Hendra.
Kematian Hendrikus hendra yang penuh kejanggalan bukan karena Covid atau serangan jantung seperti yang di terangankan istri korban pada saat itu, karena selama ini korban sehat dan tidak ada sakit.
Kecurigaan Santi An’nisaa dan keluarga timbul ketika beberapa kejanggalan terhadap prosesi pemakaman yang dipaksakan harus segera dan ada beberapa baju dan barang milik korban yang ditanyakan kepada istri dan anak korban dikatakan sudah hilang.
Dari hal itu, Santi tidak tinggal diam dengan kecurigaannya mencari tahu sebab kejadia dan ditemukan rekaman CCTV yang penuh kejanggalan dan sikap istri korban yang begitu mencurigakan karena begitu dingin dan menolak proses hukum untuk mencari sebab kematian suaminya Hendrikus Hendra.
Menurut Santi, Rekaman CCTV sudah diamankan Sat Reskrim Polres Sanggau. Dan perkara ini sedang dalam proses penyelidikan dibawah pengawasan Polda Kalbar dan Direktorat Propam Polda Kalbar untuk pengungkapan kasus dan pengawasan hal-hal yang tidak diinginkan dari oknum terhadap Santi anisa yang begitu semangat untuk mengungkap sebab kematian Hendrikus Hendra yang merupakan anak sulung dari empat bersaudara dan laki laki satu – satunya dari keluarga Korban.
“Hendrikus Hendra meninggalkan satu istri dan empat anak putra dan putri,” kata Santi.
Santi An’nisaa justru dimusuhi oleh istri korban serta anak laki – laki pertama Korban Hendrikus Hendra karena terus mencari tahu sebab kematian.
Misteri kematian Hendrikus Hendra sudah terungkap akibat kekerasan hasil kerja keras Kepolisian Polres Sanggau untuk mengumpulkan bukti bukti serta saksi guna mendapatkan keterangan dan kejelasan perkara kematian korban.
Lembaga Investigasi Negara yang hadir di Polda Kalbar ketika mendampingi Santi An’nisaa dalam undangan Polda Kalbar untuk gelar perkara yang dilakukan Kamis (02/12/2021) diruang Wassidik Reskrimum Polda Kalbar meminta Polisi Polda Kalbar dan Polres Sanggau terus melakukan penyelidikan dan tingkatkan hingga penyidikan untuk terangnya perkara kematian Hendrikus Hendra yang sudah jelas karena kekerasan.
Waktu kejadian, tempat di dalam ruang tamu rumah korban di Bodok terkunci tidak ada satupun pintu dan jendela yang rusak serta berpedoman rekaman CCTV sudah bisa didapat sebab kematian,” ungkap Ketua Lembaga Investigasi Negara melalui Kepala Divisi Hukum dan HAM Emri Tua Sinaga, S.H yang seharian juga adalah Penasehat Hukum di Pontianak.
Santi An’nisaa mengungkapkan kekecewaannya, lantaran saat diundang untuk gelar perkara, menurutnya bukan gelar perkara tapi hanya untuk mendengar Curhat.
“Saya diundang datang dari Jakarta ke Polda Kalbar untuk Gelar perkara, namun yang saya dapati bukan gelar perkara, namun hanya untuk Curhat, jika hanya segitu tidak harus saya datang, hal itu bisa melalui video, yang aneh lagi saat saya hendak bertanya tidak dikasih kesempatan lagi,” ujar Santi.
Dituturkannya telah berulangkali dirinya meminta hasil autopsi namun dari pihak penyidik Polres Sanggau tidak pernah terbuka.
” Kita berkali-kali minta hasil autopsi namun tak pernah ada keterbukaan. Jika benar tidak ada tindakan kekerasan dari hasil autopsi, kenapa dari awal kami minta tidak dikasih? Dan kenapa kasus ini mau dilanjut,” tutur Santi.
Menurutnya kasus tersebut sudah pula dilaporkan ke Mabes Polri, dan berharap ada keadilan dan hukum bisa ditegakkan.
” Saya sudah dapat panggilan dari Mabes Polri untuk mengklarifikasi laporan, saya harap keadilan itu masih ada, dan supremasi hukum bisa ditegakkan, kita berharap kepada Presiden dan Kapolri biaa memantau kejadian ini, karena ini termasuk kejahatan terencana yang dilakukan tidak hanya satu orang,” tutupnya.
Sementara itu Kapolres Sanggau AKBP Ade Kuncoro, saat dikonfirmasi terkait kasus tersebut, mengatakan agar dikonfirmasi ke Kasat Reskrim karena sedang ada giat di Polda.
“Silahkan konfirmasi ke Kasat reskrim langsung ya. Saya lagi giat di polda,” kata AKBP Ade Kuncoro via Sambungan WhatsApp, Jumat (03/12/2021).
Kasat Reskrim Polres Sanggau, AKP. Tri Prasetyo saat dikonfirmasi hingga berita ini ditayangkan belum memberikan jawaban. (Vr).