Beritainvestigasi.com.Stop Upacara Bendera Kalau Api perjuangan telah hilang dan padam dalam jiwamu
Sudah sangat membekas diingatan tanggal 17 Agustus 1945 dikenang sebagai hari proklamasi hari kemerdekaan Indonesia.
Bahkan sejak dulu hingga sekarang masih tetap terkenang mulai dari generasi 45 sampai generasi mellenial 17 Agustus sudah sangat melekat dalam daya ingatan sebagai tanggal bulan tahun Kemerdekaan Negara Republik Indonesia (HUT RI). Namun apakah tanggal 17 Agustus itu hanya cukup di ingat sampai disitu saja, cukup diperingati sebagai agenda upacara rutinitas saja ?, tentu itu tidak cukup hanya demikian karna ada penghayatan historis yang jauh lebih penting dari sekedar upacara.
Indonesia diusianya ke 74, sudah saatnya kita munculkan otokritik pada agenda rutin tahunan memperingati hari proklamasi Indonesia upaca bendera, bahwa kalau upacara bendera tak lagi mampu memompa semangat perjuangan apakah sebaiknya kita gantikan dengan agenda lain dalam mempringati HUT RI.
Persoalannya kalau setiap tahun diperingati sudah kurang lebih 73 kali bangsa Indonesia memperingati kemerdekaan, lantas apakah buah manis yang dapat dipetik dari upacara peringatan tersebut, sudahkah terinternalisasi semangat perjuangan kemerdekaan itu pada anak-anak bangsa Indonesia.
Sebagai gambaran tolak ukur cara pandang kita ketika semangat perjuangan kemerdekaan itu terinternalisasi maka harusnya setiap tahunnya ada dampak positif yang melekat pada diri-diri individu ataupun kelompok, dari lapisan masyarakat terkecil sampai kepada stake holders.
Harus kita akui dan prihatin dengan upacara proklamasi setiap tahun yang belum mampu memberikan bekas mendalam secara luas untuk menanamkan semangat perjuangan yang dulu membara pada diri-diri pendiri negara ini. Realita dilapangan berbicara bahwa negara ini sedang dihinggapi dengan berbagai penyakit, ada banyak persoalan yang terlihat dengan jelas yang dihadapi bangsa dan negara ini, namun anehnya penyelesaian tidak kunjung menemui titik terang.
Siapa yang tidak tahu setelah Indonesia merdeka kekayaan alamnya tidak dinikmati secara utuh oleh anak-anak bangsa Indonesia, bahkan lebih memalukan ada anak-anak bangsa yang berwajah dua tampil sebagai perpanjangan tangan pihak asing untuk mempermudah mengakses kekayaan sumber daya alam Indonesia.
Siapa yang tidak tahu minuman keras, narkoba dan sejenisnya telah membunuh generasi muda generasi penerus bangsa Indonesia saat ini telah masuk dengan begitu masif. Anehnya itu juga diedarkan oleh anak-anak bangsa Indonesia bahkan ada oknum-oknum yang seharusnya bertindak mencegah namun justru juga terlibat dalam penyebar luasan peredaran bahan-bahan tersebut.
Siapa yang tidak tahu budaya korupsi tumbuh subur hampir seluruh lembaga negara, mulai dari legislatif, eksekutif dan yudikatif bahkan merambah dalam tatanan pemerintahan dan masyarakat kelas bawah. Proses ini terus berjalan bahkan betapa banyak oknum yang terlibat namun dilindungi hukum dan itu diperankan oleh anak-anak bangsa juga.
Sungguh sangat memprihatinkan nialai-nilai dasar pancasila telah pudar, Negara kita katanya berketuhanan tapi pengamalan agama jauh dari kenyataan. Negara kita katanya negara yang berkemanusiaan adil dan beradab tapi harga diri kemanusian dan keadilan tidak dirasakan. Negara kita bersatu tetapi yang diproduksi sikap perpecahan. Negara kita katanya bermusyawarah dalam keputusan tapi semua dibeli dengan uang dan kepentingan. Negara kita katanya negara yang mementingkan keadilan sosial, tapi ketimpangan sosial antara kaya dan miskin terjadi di hampir seluruh wilayah Indonesia. Akibatnya, cita-cita luhur para pendiri bangsa dan masa depan Indonesia dengan kondisi demikian menjadi suram dan jauh dari capaian.
Oleh karena itu mari kita baca kembali fakta-fakta sejarah yang pernah terekam dalam perjalanan bangsa dan negara republik Indonesia. Hampir tidak terbayangkan oleh kita, ketika itu anak-anak telah menjadi yatim piatu karna orang tuanya tewas dalam medan perjuangan, betapa banyak wanita menjadi janda karena suami nya tewas terbunuh oleh penjajah,bahkan wanita wanita telah di perkosa,di siksa dan di bunuh secara sadis.
goresan luka di mana mana,darah telah tumpah berserakan,jutaan nyawa telah melayang,derita kelaparan telah menjadi teman bagi masyarakat Indonesia .
Lantas dengan apa kita akan membalas nya?
Sementara anak anak bangsa telah lupa dengan rasa sakit dan derita para pejuang bangsa Indonesia .
Terlena dalam buaian hasrat dan nafsu kenikmatan atas kekayaan alam Indonesia ,atas pangkat jabatan yang di berikan atas harta kekayaan yang bisa di nikmati tanpa harus mempertaruhkan nyawa .
Harus nya dengan momentum HUT RI yang sudah di usia 74 hadir untuk menjadi penghayatan mendalam bagi seluruh anak bangsa Indonesia bahwa ada histori berdarah yang tak mudah untuk mengibarkan bendera itu .
Mulai lah dari tindakan tindakan kebaikan kecil tapi ketika di kerjakan dengan bersama2 maka itu akan menjadi momentum besar dan membudaya.
Kalau upacara bendera tidak lagi memompa semangat perjuangan sehingga berlalu begitu saja tidak membekas dalam jiwa mungkin ada baik nya STOP saja gantikan dengan agenda yang lain ./ Red