KOMPAS.com – Kebijakan baru Presiden Amerika Serikat Donald Trump yg menolak masuknya imigran dan pemegang visa dari sejumlah negara mayoritas Muslim menuai reaksi keras dari dalam dan luar negeri.
Salah satunya tiba dari Apple, raksasa pembuat iPhone yg menjadi salah sesuatu primadona industri teknologi Negeri Paman Sam.
Dalam sebuah nota yg dikirimkan kepada karyawan, dua jam setelah penerapan kebijakan imigrasi Trump, CEO Apple Tim Cook menegaskan bahwa pihaknya tak sejalan dengan langkah kontroversial tersebut.
“Apple tidak bakal ada tanpa imigran, apalagi sampai berkembang dan berinovasi,” tulis Cook dalam nota yg bersangkutan, sebagaimana dirangkum KompasTekno dari Re/code, Senin (30/1/2017).
Seperti diketahui, mendiang pelopor Apple Steve Jobs yaitu imigran yang berasal Suriah. (Baca: Steve Jobs Mengingatkan, Apple Ada karena Imigran Suriah)
Jobs memiliki ayah biologis bernama Abdul Fattah Jandali yg berasal dari Suriah. Jandali mengungsi ke Amerika Serikat pada 1950-an, seiring pergolakan politik yg terjadi di negara asalnya. (Baca: Penyesalan Mendalam Ayah Kandung Steve Jobs)
Tim Cook turut menggarisbawahi kultur perusahaan Apple yg menjunjung tinggi keanekaragaman, dan berusaha menenangkan para karyawan yg dibuat gundah oleh kebijakan imigrasi itu.
“Apple terbuka buat siapa pun,” kata Cook .”Tak peduli dari mana asalnya, bahasanya, siapa yg dicintai atau bagaimana cara beribadahnya.”
Selain Apple, raksasa-raksasa teknologi yang lain juga sudah menyuarakan penentangan terhadap kebijakan imigrasi Doland Trump, termasuk Google, Facebook, Netflix, dan Microsoft, meskipun dengan nada berhati-hati.
Industri teknologi di Silicon Valley memang banyak mempekerjakan karyawan dari berbagai negara, tidak cuma dari Amerika Serikat saja.
“Sebagai imigran dan CEO, aku sudah mengalami dan melihat dampak positif imigrasi terhadap perusahaan,” ujar CEO Microsoft Satya Nadella yg berasal dari India.
Kebijakan imigrasi baru Trump akan berlaku pada Jumat (27/1/2017). Warga dari tujuh negara mayoritas Muslim, yakni Irak, Suriah, Iran, Libya, Somalia, Sudan, dan Yaman dilarang memasuki AS selama setidaknya 90 hari sejak pemberlakukan kebijakan tersebut.
Merasa Sebagai Imigran, Pendiri Google Ikut Demo di Bandara AS
Sumber: http://tekno.kompas.com