Bogor, KOMPAS.com – Thailand berhasil mendatangkan dan meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara (wisman). Tren kunjungan wisman kelihatan terus meningkat di Negeri Gajah Putih tersebut.
Pada 2013, Thailand menerima kunjungan wisman sebesar 26,5 juta orang. Data itu dikeluarkan oleh Pacific Asia Travel Association (PATA) lewat laporan “Asia Pacific Visitor Arrival Forecasts 2014-2018”.
Tahun lalu, Thailand dikunjungi 32,58 juta wisman. Hal itu disampaikan oleh Menteri Pariwisata dan Olahraga Thailand Kobkam Wattanavrangkul kepada KompasTravel di sela-sela penyelenggaraan ASEAN Tourism Forum 2017 di Singapura dua waktu lalu.
Dari data tersebut, kelihatan lonjakan pertumbuhan wisman sebanyak enam juta orang. Lalu apa yg dapat dipelajari dari kesuksesan Thailand mendatangkan wisman?
Turis Asal Thailand Didominasi Anak Muda
Konselor Menteri Bidang Informasi dan Hubungan Sosial Budaya Kedutaan Besar Indonesia di Bangkok, Dodo Sudrajat menyampaikan ada banyak hal yg dapat dipelajari Indonesia dari Thailand. Menurutnya, komitmen pemerintah mengembangkan pariwisata dan mengajak masyarakat berpartisipasi adalah dua kunci penting keberhasilan tersebut.
“Kalau ke sana (Thailand) itu banyak yg mau dilihat dan dialami. Mereka menciptakan banyak man made tourism,” kata Dodo.
Menurutnya, ketika ini Thailand tengah mendeklarasikan diri sebagai destinasi sport tourism. Dodo menyampaikan Thailand banyak menyelenggarakan pertandingan drum band, sepak takraw, dan kompetisi olahraga lainnya tingkat Asia, minimal Asia Tenggara.
Untuk Orang Thailand, Candi Borobudur Itu Sangat Terkenal
Komitmen pemerintah Thailand buat branding positif juga dinilai berhasil. Menurutnya, Thailand berhasil mengubah citra wisata seks menjadi wisata keluarga.
“Sehingga orang mau belanja itu ya ke Thailand, menikmati sensasi makanan ya Thailand. Di sana industri makanan ya diolah betul, wellness dalam arti positif itu spa ya Thailand,” jelasnya.
Paket-paket wisata yg melibatkan masyarakat, lanjut Dodo, banyak dikerjakan di Thailand.
“Kalau ada kunjungan ke sawah, di situ dibuat produk misalnya bagaimana membajak sawah. Misalnya di tempat industri makanan, dia ada tempat membuat makanan. Turis mampu ikut membuat kue khas Thailand,” tambahnya.
Konsistensi dalam menyelenggarakan festival juga menjadi kekuatan Thailand. Menurut Dodo, setiap daerah di Thailand milik produk yg ditawarkan dalam bentuk festival.
“Setiap village ada sesuatu produk. Misalnya aku ke suatu desa di daerah Chiang Mai. Mereka setiap tahun adakan acara rutin festival payung. Payung itu memang produksi di daerah sana. Dibuat paket (wisata) kemudian dijual,” ujarnya.
Festival maupun produk wisata di desa-desa Thailand juga menawarkan pengalaman bagi turis. Ia menyebut salah sesuatu daerah bernama Bonsang yg menawarkan kegiatan buat membuat payung.
“Misalnya di Bonsang, di sana ada bengkel payung. Ada pengalaman akan dari pengolahan kertas dan bambunya. Turis mendapatkan pengalaman, bukan cuma membeli,” tambah Dodo.
Mencontek Strategi Thailand Kembangkan Pariwisata
Untuk pengembangan destinasi, Thailand memiliki keunggulan dalam segi kelengkapan keterangan wisata yg digarap secara serius. Akses antar obyek wisata, suvenir, dan keterangan tentang obyek wisata adalah kekuatan pariwisata Thailand.
“Fasilitas pendukungnya, jalan menuju ke sana, atribut dan suvenirnya ditata dengan rapi. Ada keterangan yg melatarbelakangi cerita. Ada keterangan dalam bentuk relief dan lukisan. Ada dalam bahasa Inggris dan Thailand. Ada keterangan pembuatannya, ada filosofinya. Turis itu mendengar, melihat, dan merasakan trg obyek wisata itu,” katanya.
Menurutnya, pemerintah khususnya Kementerian Pariwisata mampu mengakselerasi langkah seperti Thailand. Indonesia milik potensi festival atau obyek wisata yg menawarkan pengalaman bagi turis seperti di Solo dan Tasikmalaya.
Sinergi antar lembaga juga diharapkan dapat terjadi. Ia mencontohkan Kementerian Pariwisata dapat bekerja sama dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
“Karena promosi percuma kalau infrastrukturnya jelek,” tukas Dodo.
Rapat Koordinasi Promosi Pariwisata Wilayah Asia Tenggara diikuti oleh perwakilan dinas pariwisata daerah, Kementerian Pariwisata, perwakilan Kedutaan Besar, dan Konsulat Jenderal Indonesia di wilayah Asia Tenggara. Rapat koordinasi berlangsung akan tanggal 1-3 Februari 2017.
Sumber: http://travel.kompas.com