Yogyakarta,KOMPAS.com – Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta (PBTY) 2017 kembali digelar di Yogyakarta. Berbeda dari sebelumnya, pada tahun 2017 ini PBTY mulai berlangsung lebih lama yakni selama 7 hari.
“PBTY kali ini yg ke 12 kalinya digelar,” ujar Ketua Umum Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta (PBTY) 2017, Tri Kirana Muslidatun, Rabu (1/2/2017).
Kirana menuturkan penyelengaraan PBTY 2017 lebih panjang dibandingkan tahun lalu. Pada tahun ini PBTY mulai berlangsung selama 7 hari akan 5 Februari 2017 sampai dengan 11 Februari 2016.
“Sebelumnya cuma 5 hari, buat pelaksanaan PBTY akan tahun ini 7 hari. Tema Tahun ini Pelangi Budaya Nusantara,” tegasnya.
Seperti tahun sebelumnya, PBTY 2017 juga mulai digelar karnaval. Rute karnaval dari Taman Parkir Abu Bakar Ali sampai dengan Alun-alun Utara.
“Karnaval sebelumnya di akhir acara, tapi tahun ini digelar di awal, tanggal 5 Februari 2016 dari Abu Bakar Ali sampai Alun-alun Utara. Karnaval dimulai pukul 18.00 WIB,” tuturnya.
Selain itu juga mulai ditampilkan berbagai kebudayaan dari semua Nusantara. Ada pula 6 peserta terbaik Jogja Dragon Festival yg mulai tampil di karnaval. Total peserta Jogja Dragon Festival ada 14 dari Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Jawa Tengah.
“Jadi 14 peserta dragon festival dari DIY dan Jateng mulai lomba penyisihan lebih dulu. Lalu 6 terbaik mulai ditampilkan di karnaval,” tuturnya
Tak cuma itu, di karnaval juga mulai ramaikan dengan ladies dragon. Lebih istimewa lagi, dragon terpanjang se-Asia yg pernah memecahkan rekor Muri juga mulai turut meramaikan karnaval.
“Naga kami yg terpanjang se-Asia juga mulai ditampilkan. Memang tak tidak mengurangi panjangnya, cuma kami renovasi dan perbaiki bagi dapat tampil,” kata Kirana.
Stan kuliner nusantara sejak dua bulan sebelum pelaksanaan PBTY 2017 juga telah di pesan. Total seluruh stan kuliner Nusantara ada 134 yg bersiap memanjakan lidah pengunjung.
“Di penutupan nantinya mulai ada pesta kembang api. Sebagai perlambang tahun ini harus kerja lebih keras,” ucapnya Ketua II Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta (PBTY) 2017 Jimmy Sutanto.
Ia menyampaikan penyelenggaraan PBTY cuma mengambil momentum tahun baru Tionghoa tapi seluruh yg ditampilkan adalah seni budaya Nusantara.
“Pada intinya ini (PBTY) adalah pesta budaya segala Nusantara. Sehingga membangun Yogyakarta City Of Tolerance,” bebernya.
Sementara itu, koordinator PBTY 2017, Bekti menambahkan tahun ini panitia menampilkan rumah budaya Tionghoa zaman dulu lengkap dengan perabotannya.
“Konsepnya bentuk ruangan zaman lalu atau kuno. Misalnya ruang tamu atau tempat tidur seluruh barang perabotnya yg ada disitu segala asli jaman dulu,” pungkasnya.
Sumber: http://travel.kompas.com